Tafsir
Ayat ini menegaskan bahwa tidaklah sama orang yang telah dibukakan Allah hatinya sehingga menerima agama Islam, dengan orang yang sesat hatinya, sehingga ia mengingkari kebenarannya. Hati orang tersebut telah melihat kekuasaan dan kebesaran Allah dalam keindahan dan keajaiban alam ini, lalu terbukalah hatinya menerima pancaran cahaya dari nur Ilahi. Sebaliknya orang-orang yang sesat hatinya, tidak melihat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah dalam kejadian alam ini, mereka menyangka kejadian tersebut tidak lain dari suatu proses kejadian alam itu sendiri, tanpa ada yang mengaturnya. Mereka merasa sanggup mengubah atau memperbaiki proses kejadian tersebut. Hal ini disebabkan karena kebodohan dan pandangan mereka yang picik sehingga hati mereka tetap tertutup, dan tidak memungkinkan masuknya pancaran nur Ilahi ke dalam hatinya. Kedua macam orang itu tentulah tidak sama. Pada ayat yang lain, Allah menegaskan tentang ketidaksamaan kedua macam orang itu. Allah berfirman:
Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dan Kami beri dia cahaya yang membuatnya dapat berjalan di tengah-tengah orang banyak, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan, sehingga dia tidak dapat keluar dari sana? (al-An'am/6: 122)
Ibnu 'Abbas meriwayatkan, "Di antara orang yang telah dilapangkan Allah dadanya menerima agama Islam, ialah Abu Bakar r.a. Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud ia berkata:
Rasulullah saw membaca ayat ini, lalu kami bertanya, "Ya Nabi Allah, bagaimana hati yang terbuka itu?" Beliau menjawab, "Apabila cahaya menerangi hati, maka ia menjadi terbuka dan lapang." Kami bertanya, "Apakah tanda yang demikian itu, ya Rasulullah?" Beliau menjawab, "Menghadapkan diri kepada kehidupan negeri yang abadi dan menjauhkan diri dari kehidupan negeri yang penuh tipuan dan mempersiapkan diri untuk mati sebelum kematian itu datang." (Riwayat Ibnu Mardawaih)
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ibnu 'Umar, ia berkata:
Bahwa seseorang berkata, "Ya Rasulullah, orang mukmin yang manakah yang paling baik?" Rasulullah menjawab, "Mereka yang banyak mengingat mati dan paling banyak persiapannya untuk mati itu, dan bilamana cahaya menyinari hatinya, maka hati itu terbuka dan menjadi lapang." Para sahabat bertanya, "Apa tandanya yang demikian itu ya Nabi Allah?" Nabi menjawab, "Menghadapkan diri kepada negeri yang abadi dan menjauhkan diri dari negeri yang penuh dengan tipuan dan menyiapkan diri untuk mati sebelum kematian itu datang."
Adapun orang-orang yang kasar hatinya dan membatu akan mengalami kecelakaan yang besar disebabkan sikap mereka yang keras kepala tidak mau ingat kepada-Nya. Seharusnya hati mereka menjadi lembut bila nama Tuhan disebut di hadapan mereka, tetapi muka mereka hitam muram bila mendengar nama Allah disebut dan hati mereka bertambah keras membatu.
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ibnu 'Umar, ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
Janganlah kamu memperbanyak pembicaraan tanpa menyebut nama Allah, karena banyak bicara tanpa menyebut nama Allah menyebabkan hati menjadi keras. Dan sesungguhnya orang yang paling jauh dari Allah ialah orang yang keras hatinya."
Pada akhir ayat ini diterangkan bahwa orang yang hatinya keras itu adalah orang yang buta mata hatinya, mereka benar-benar berada dalam kesesatan yang nyata. Setiap orang dengan mudah mengetahui keburukan mereka itu.