Tafsir
Allah menjelaskan bahwa langit dan bumi diciptakan dengan benar, dan memiliki tujuan penciptaan sesuai dengan kehendaknya. Tidak ada satu bendapun diadakan Tuhan tanpa mempunyai tujuan. Tujuan kehadiran satu ciptaan adalah untuk dimanfaatkan oleh ciptaan yang lain, dalam rangka mencapai tujuan ciptaan yang lain itu. Apabila suatu kegiatan tidak memiliki tujuan, maka yang terjadi adalah la'ib, permainan. Kata sebaliknya bathil, kebalikan kata haq banyak digunakan untuk menjelaskan hal yang sama, sebagaimana ayat di bawah:
Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dengan sia-sia. Itu anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang yang kafir itu karena mereka akan masuk neraka. (shad/38: 27)
Seperti yang kita saksikan, sifat fisis bumi, seperti massa, struktur, suhu, dan seterusnya begitu tepat bagi kehidupan. Namun, sifat-sifat itu saja tidak cukup untuk memungkinkan adanya kehidupan di bumi, faktor penting lain adalah susunan atmosfer [lihat Surah Ibrahim/14:19 dan Surah al-Jatsiyah/45: 3].
Tidak ada satu pun kekuatan lain yang dapat mengubah kehendak Allah. Ketentuan yang demikian berlaku bagi seluruh ciptaan-Nya sesuai dengan keadilan dan sunah-Nya. Di antara keadilan Allah ialah memberikan balasan yang setimpal kepada para hamba-Nya atas amal dan perbuatannya pada hari pembalasan.
Barang siapa yang melakukan perbuatan yang baik akan menerima ganjarannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan-Nya, demikian pula barang siapa yang melakukan perbuatan jahat akan menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan jahatnya itu.
Mengapa dikatakan bahwa pemberian balasan yang setimpal itu sesuai dengan keadilan Allah. Karena Allah menciptakan manusia sebagai makhluk-Nya, dilengkapi dengan kecenderungan dan kemampuan untuk berbuat baik dan berbuat jahat. Kedua-duanya atau salah satu daripada kedua potensi itu dapat berkembang pada diri seseorang. Perkembangannya itu banyak ditentukan oleh keadaan, lingkungan, dan waktu. Di samping itu, Allah menganugerahi manusia akal pikiran. Dengan akal pikirannya itu manusia mempunyai kesanggupan-kesanggupan untuk menilai rangsangan-rangsangan yang mempengaruhi tindakan dan perilakunya. Sebelum seseorang menentukan sikap untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya, maka dalam dirinya terjadi gejolak dalam mempertimbangkan dan menetapkan suatu pilihan, sikap mana atau tindakan mana yang akan diambilnya dari kedua tindakan itu.
Pada saat-saat yang demikian itu, manusia diberi kemerdekaan memilih antara yang baik dan yang buruk. Dalam pergolakan yang demikian, maka jiwa manusia mendapat tekanan-tekanan yang disebut tekanan-tekanan kejiwaan. Apabila ia memilih dan memutuskan melakukan suatu kebaikan, maka perbuatan itu terjadi berdasarkan pilihannya sendiri. Bila ia memilih keputusan melakukan keburukan, maka itu pun terjadi karena pilihannya sendiri pula. Saat-saat yang seperti itu adalah saat-saat yang menentukan apakah ia sengaja melakukan suatu perbuatan atau ia tidak sengaja melakukannya. Dan juga membedakan antara perbuatan yang dilakukan; apakah perbuatan itu dilakukan dengan sadar atau tidak. Itulah sebabnya dikatakan bahwa balasan Allah terhadap hamba-Nya sesuai dengan amal dan perbuatannya, itulah gambaran keadilan Allah.