Tafsir
Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar selalu tetap tabah dalam menghadapi sikap dan tindakan orang-orang kafir yang mengingkari dan mendustakan risalah yang disampaikan kepada mereka seperti ketabahan dan kesabaran yang telah dilakukan rasul-rasul ulul 'azmi terdahulu. Rasulullah saw melaksanakan dengan baik perintah Allah ini. Beliau selalu bersabar dan tabah menghadapi segala macam cobaan yang datang kepada beliau. Mengenai kesabaran beliau ini diterangkan dalam hadis sebagai berikut:
Dari 'Aisyah, ia berkata, "Rasulullah saw senantiasa berpuasa, lalu perutnya jadi kempis, kemudian ia tetap berpuasa, lalu perutnya jadi kempis, kemudian ia berpuasa. Beliau berkata, 'Ya Aisyah, sesungguhnya kesenangan di dunia tidak patut bagi Muhammad dan keluarganya. Ya Aisyah, sesungguhnya Allah tidak menyukai para rasul ulul 'azmi (Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad), kecuali bersabar atas segala cobaannya dan bersabar atas yang dicintainya, kemudian Allah tidak menyukai aku, kecuali Dia membebankan kepadaku seperti yang telah dibebankannya kepada para rasul itu. Maka Dia berkata, 'Bersabarlah seperti para rasul 'ulul 'azmi telah bersabar. Dan sesungguhnya aku, demi Allah, benar-benar akan bersabar seperti para rasul itu, dan tidak ada sesuatu pun kekuatan kecuali kekuatan Allah." (Riwayat Ibnu Abi hatim dan ad-Dailami)
Sabar adalah sifat utama dan kunci menuju kesuksesan. Berbahagialah orang yang mempunyai sifat itu. Lawan dari sabar ialah tergesa-gesa. Dalam ayat ini, Allah mencela sifat tergesa-gesa, dan memperingatkan Nabi Muhammad agar jangan mempunyai sifat tersebut seperti memohon kepada Allah agar segera ditimpakan azab kepada orang-orang musyrik yang mengingkari seruan beliau karena azab itu pasti menimpa mereka, dan waktu kedatangannya hanya Allah yang mengetahui.
Allah berfirman:
Dan biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang-orang yang mendustakan, yang memiliki segala kenikmatan hidup, dan berilah mereka penangguhan sebentar. (al-Muzzammil/73: 11)
Dan firman Allah:
Karena itu berilah penangguhan kepada orang-orang kafir itu. Berilah mereka itu kesempatan untuk sementara waktu. (ath-thariq/86: 17)
Berikutnya Allah menerangkan keadaan orang-orang kafir di akhirat ketika melihat azab yang akan menimpa mereka. Mereka merasa seakan-akan hidup di dunia ini hanya sesaat saja, di siang hari. Perasaan ini timbul karena dosa dan ketakutan yang timbul di hati mereka ketika melihat azab yang akan menimpa mereka. Keadaan mereka diterangkan Allah pada ayat yang lain ketika kepada mereka ditanyakan berapa lama mereka hidup di dunia.
Dia (Allah) berfirman, "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?" Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung." (al-Mu'minun/23: 112-113)
Dan firman Allah:
Pada hari ketika mereka melihat hari Kiamat itu (karena suasananya hebat), mereka merasa seakan-akan hanya (sebentar saja) tinggal (di dunia) pada waktu sore atau pagi hari. (an-Nazi'at/79: 46)
Dalam ayat ini terdapat perkataan "balag" yang dalam ayat ini berarti "cukup". Maksudnya ialah: Allah menyatakan bahwa ayat ini merupakan penjelasan yang cukup bagi manusia, terutama orang-orang kafir yang mau berpikir dan merenungkan kejadian alam semesta ini. Seandainya mereka tidak mau mengindahkan penjelasan ini, mereka pasti akan menanggung akibatnya. Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
Dan (Al-Qur'an) ini adalah penjelasan (yang sempurna) bagi manusia, agar mereka diberi peringatan dengannya, agar mereka mengetahui bahwa Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang yang berakal mengambil pelajaran. (Ibrahim/14: 52)
Dan firman Allah:
Sungguh, (apa yang disebutkan) di dalam (Al-Qur'an) ini, benar-benar menjadi petunjuk (yang lengkap) bagi orang-orang yang menyembah (Allah). (al-Anbiya'/21: 106)
Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa betapapun besar dan dahsyatnya azab Allah itu, tidak akan menimpa orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Hanya orang-orang kafir yang tidak mengindahkan perintah-perintah Allah dan melanggar larangan-larangan-Nya saja yang akan ditimpa azab yang mengerikan itu. Ayat ini juga menggambarkan betapa besarnya rahmat dan karunia Allah yang dilimpahkan kepada orang-orang yang taat kepada-Nya. Sehubungan dengan rahmat dan karunia, azab dan malapetaka ini, Rasulullah saw sering berdoa kepada Allah, seperti yang tersebut dalam hadis di bawah ini:
"Diriwayatkan dari Anas, Nabi saw berdoa, "Wahai Tuhan, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau penyebab rahmat-Mu, kepastian ampunan-Mu, dan keberuntungan dari segala kebaikan, dan keselamatan dari setiap perbuatan dosa. Wahai Tuhan, janganlah Engkau biarkan satu dosa pun bagiku, kecuali Engkau mengampuninya, dan kesempitan kecuali Engkau melapangkannya, dan hutang kecuali Engkau membayarnya, demikian pula segala keperluan dari keperluan-keperluan duniawi dan ukhrawi, kecuali Engkau menyelesaikannya dengan rahmat Engkau, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah. (Riwayat ath-thabrani)